Definisi Dialisis Peritoneal Akut Dialisis Peritoneal akut (DPA)
l merupakan metode terapi pengganti ginjal (TPG) untuk pasien yang mengalami kegawatan akut, bersifat sementara yang menggunakan membrane peritoneal sebagai pengganti dialiser.
Tujuan Dialisis Peritoneal Akut Dialisi Peritoneal Akut
l Bertujuan untuk pengaturan cairan, elektrolit, keseimbangan asam basa dan kliren toksin uremik.
Jenis DPA yang bisa dilakukan di Indonesia adalah sebagai berikut:
l Insersi kateter relatif mudah dikerjakan dan simpel, kateter semirigid atau kateter single-cuff Tenckhoff dapat dilakukan di ICU atau di ruang prosedur.
l Memudahkan pengaturan nutrisi, elektrolit dan cairan.
l Tidak memerlukan antikoagulan sistemik, sehingga aman pada GGA dengan gangguan koagulasi atau adanya risiko perdarahan.
l Pengaruh terhadap hemodinamik lebih minimal dibandingkan HD.
PENJELASAN
l DP harus dipertimbangkan sebagai modalitas pada pasien AKI terutama bila fasilitas HD tidak tersedia, dan/atau pasien dengan penyakit kritis/hemodinamik tidak stabil.
l Ada sejumlah keuntungan dari DP jika dibandingkan dengan terapi ekstrakorporeal dalam penatalaksanaan GGA.
l Namun, ada keyakinan bahwa DP tidak menghasilkan klirens yang cukup jika dibandingkan dengan terapi ekstrakorporeal.
l Akibatnya, timbul kekhawatiran hasil yang kurang optimal.
l AIPD merupakan teknik DPA yang sering digunakan walaupun menunjukkan efektifitas dan klirens yang tidak adekuat, karena dilakukan secara intermiten (3 kali seminggu) dimana tiap sesinya adalah selama 16 20 jam dengan volume dialisat 1-2 L.
l CEPD merupakan teknik yang mirip dengan CAPD, dengan dwell time 2-6 jam dan volume dialisat sebanyak 2 L.
l TPD dilakukan dengan memasukkan volume dialisat awal sebesar 3L lalu kemudian sebanyak 1-1.
l 5 L dikeluarkan (tidal drain volume) dan diganti dengan dialisat yang baru (tidal fill volune).
l CFPD dan HVPD merupakan teknik dialisat yang biasanya menggunakan cycler.
l HVPD dilakukan dengan frekuensi exchange sebanyak 18-48 kali dengan volume dialisat tiap exchange sebesar 2L Studi menyebutkan bahwa terdapat peningkatan survival rate pada pasien GGA yang dilakukan DP.
l Selain itu studi meta-analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara DP dan terapi ekstrakorpore al dalam tatalaksana GGA.
INDIKASI DIALISIS PERITONEAL AKUT
l GGA yang memerlukan terapi pengganti ginjal dengan kondisi:
l Hemodinamik tidak stabil
l Gangguan koagulasi atau adanya perdarahan aktif
KONTRAINDIKASI DIALISIS PERITONEAL AKUT ABSOLUT
Absolut
l Kesulitan teknik operasi
l Luka yang luas di dinding abdomen
l Perlekatan yang luas dalam rongga peritoneum (akibat operasi daerah abdomen, riwayat inflamasi sebelumnya)
l Tumor atau infeksi di dal am rongga abdomen (adneksitis)
Absolut
l Riwayat ruptur divertikel, hernia berulang yang tidak dapat dikoreksi
l Fistel antara peritoneum dengan rongga pleura
l Tidak dapat melakukan DP secara mandiri dan tidak ada yang membantu
Relatif
l Obesitas tanpa residual renalfunction
l Hernia
l Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
l Inflamasi kronik saluran cerna
PENJELASAN
l Untuk pasien berisiko tinggi (kontraindikasi relatif) teknik insersi yang dilakukan membutuhkan teknik pembedahan atau laparoskopi agar dapat melihat secara langsung atau visual rongga peritoneumnya, bila perlu konsultasi ke dokter bedah.
l Pada obesitas volume rongga abdomen cenderung terbatas dan kemungkinan terdapat kesulitan teknis insersi kateter.
l Namun studi menyebutkan bahwa teknik insersi kateter secara perkutaneus menunjukan hasil yang efektif dan dilakukan pada pasien obesitas.
l Sehingga, pertimbangan untuk dilakukan DPA harus mempertimbangkan keuntungan dan kerugian pada masing-masing pasien.