Konsul Internis > Health > Pasien dengan Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri yang Menurun
Pasien dengan Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri yang Menurun
Pasien dengan Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri yang Menurun Diulas secara medis oleh dr. Annisa MM, MD (Dokter Spesialis Penyakit Dalam) Pencegahan Penyakit Ginjal, Metabolik & Kardiovaskular. Dokter Spesialis Hemodialisis
Fungsi sistolik ventrikel kiri yang menurun merupakan kondisi yang berhubungan dengan gangguan jantung yang dapat mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh. Ventrikel kiri berperan penting dalam memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Ketika fungsi sistolik ventrikel kiri menurun, maka jantung tidak dapat memompa darah dengan efisien, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang penyebab, gejala, serta cara penanganannya.
Apa Itu Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri yang Menurun?
Fungsi sistolik ventrikel kiri merujuk pada kemampuan ventrikel kiri untuk memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Ketika fungsi sistolik ini menurun, berarti ventrikel kiri tidak dapat mengeluarkan darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini biasanya terkait dengan gagal jantung, yang dapat terjadi akibat berbagai faktor yang merusak otot jantung atau pembuluh darah.
Penyebab Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri yang Menurun
Ada beberapa penyebab yang dapat menyebabkan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri, antara lain:
Penyakit Jantung Koroner (PJK): Penyakit jantung koroner adalah penyebab paling umum dari penurunan fungsi sistolik. Ketika arteri yang menyuplai darah ke jantung mengalami penyempitan atau penyumbatan, jantung tidak mendapat oksigen yang cukup untuk berfungsi dengan baik.
Infark Miokard (Serangan Jantung): Infark miokard, atau serangan jantung, terjadi ketika aliran darah ke bagian otot jantung terputus. Kerusakan yang terjadi pada otot jantung akibat serangan jantung dapat mengurangi kemampuan ventrikel kiri dalam memompa darah.
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi): Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kiri dan akhirnya menurunkan kemampuan otot jantung untuk memompa darah.
Kardiomiopati: Kardiomiopati adalah penyakit yang merusak otot jantung dan mengurangi kemampuannya untuk memompa darah. Beberapa jenis kardiomiopati yang bisa mempengaruhi fungsi sistolik ventrikel kiri adalah kardiomiopati dilatasi dan hipertrofik.
Gangguan Katup Jantung: Kerusakan atau kelainan pada katup jantung, seperti stenosis atau regurgitasi, dapat menyebabkan penurunan aliran darah dan meningkatkan beban kerja ventrikel kiri.
Diabetes Mellitus: Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perubahan pada pembuluh darah dan otot jantung, yang pada akhirnya mempengaruhi fungsi sistolik ventrikel kiri.
Gejala Pasien dengan Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri yang Menurun
Penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri sering kali tidak disadari pada tahap awal, tetapi seiring berjalannya waktu, gejala-gejala berikut mungkin muncul:
Sesak Napas (Dispnea): Pasien mungkin merasa kesulitan untuk bernapas, terutama saat beraktivitas fisik atau saat berbaring.
Kelelahan: Karena tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen, pasien bisa merasa sangat lelah meskipun tidak melakukan aktivitas berat.
Pembengkakan (Edema): Pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, atau perut dapat terjadi akibat penumpukan cairan.
Palpitasi: Detak jantung yang tidak teratur atau cepat (palpitasi) sering terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi sistolik.
Pusing atau Pingsan: Kurangnya aliran darah ke otak dapat menyebabkan pusing atau bahkan pingsan.
Penurunan Kemampuan Fisik: Aktivitas sehari-hari bisa terasa lebih berat dan membutuhkan usaha lebih dari biasanya.
Penentuan Ultrafiltration Goal, Dialysis Time, dan Quotation Blood Flow (QB) pada Pasien dengan Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri yang Menurun
Pada pasien dengan fungsi sistolik ventrikel kiri yang menurun (reduced left ventricle systolic function atau LV dysfunction), penentuan ultrafiltration goal (UFG), dialysis time, dan quotation blood flow (QB) sangat penting karena kondisi jantung yang sudah terganggu dapat memperburuk proses dialisis. Oleh karena itu, strategi dialisis pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri harus dilakukan dengan hati-hati agar mencegah beban lebih pada jantung dan memastikan keseimbangan cairan yang optimal. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai cara menentukan ketiga parameter tersebut.
Ultrafiltration Goal (UFG)
Ultrafiltration adalah proses mengeluarkan cairan berlebih dari tubuh selama dialisis. Pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, pengelolaan volume cairan harus dilakukan dengan sangat hati-hati, karena penurunan fungsi jantung dapat menyebabkan peningkatan beban pada jantung, yang dapat memperburuk gagal jantung. Oleh karena itu, ultrafiltration goal (UFG) perlu dihitung dengan mempertimbangkan beberapa faktor, di antaranya:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan UFG:
Retensi Cairan:
UFG harus disesuaikan dengan jumlah cairan yang perlu dikeluarkan selama dialisis untuk mengurangi retensi cairan, yang sering terjadi pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri. Pada pasien dengan gagal ginjal, retensi cairan sering menjadi masalah yang memengaruhi keseimbangan hemodinamik.
Kondisi Hemodinamik:
Penurunan fungsi ventrikel kiri mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah dengan efektif. Proses ultrafiltrasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan penurunan volume darah dan penurunan perfusi organ vital, yang berpotensi menyebabkan hipotensi atau bahkan syok kardiogenik.
Target Berat Badan Kering (Dry Weight):
Dry weight adalah berat badan pasien tanpa kelebihan cairan. UFG seharusnya ditargetkan untuk mengembalikan pasien ke berat badan kering atau sejenisnya yang diperkirakan dengan meminimalkan cairan berlebih.
Kecepatan Ultrafiltrasi (UF Rate):
Kecepatan ultrafiltrasi yang direkomendasikan untuk pasien dengan disfungsi ventrikel kiri biasanya lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki masalah jantung. Biasanya, target ultrafiltrasi rate untuk pasien ini adalah sekitar 200-400 mL/jam tergantung pada toleransi hemodinamik pasien.
Kondisi Klinis Pasien:
Pasien yang memiliki gejala gagal jantung atau gangguan hemodinamik lainnya harus dialisis dengan hati-hati, dengan pemantauan tekanan darah yang cermat. Penurunan volume cairan yang terlalu cepat dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang berat atau ketidakseimbangan elektrolit.
Cara Menentukan Ultrafiltration Goal:
Menilai Berat Badan Kering:
Berat badan kering harus dinilai secara klinis dengan mempertimbangkan status cairan pasien antara sesi dialisis dan setelah dialisis. Pengukuran berat badan sebelum dan sesudah dialisis membantu menentukan jumlah cairan yang perlu dikeluarkan.
Mempertimbangkan Toleransi Jantung:
Untuk pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, kecepatan pengeluaran cairan harus lebih lambat agar tidak memberikan tekanan berlebihan pada jantung. Tujuannya adalah untuk mencapai pengurangan cairan yang optimal tanpa memperburuk kegagalan jantung atau menyebabkan hipotensi.
Menyusun Target UFG:
Misalnya, jika seorang pasien memiliki kelebihan cairan 1 liter, ultrafiltration goal dapat diset untuk mengurangi volume cairan sebanyak 1 liter selama satu sesi dialisis, dengan kecepatan ultrafiltrasi sekitar 200-300 mL/jam.
Pemantauan Selama Dialisis:
Selama dialisis, pemantauan tekanan darah, tanda-tanda gagal jantung, dan gejala klinis lainnya harus dilakukan secara teratur untuk menilai toleransi terhadap pengurangan cairan. Jika gejala hipotensi atau gangguan hemodinamik terjadi, kecepatan ultrafiltrasi dapat dikurangi.
Dialysis Time (Waktu Dialisis)
Penentuan waktu dialisis adalah aspek penting dalam perawatan pasien dengan disfungsi ventrikel kiri. Waktu dialisis yang cukup panjang diperlukan untuk memastikan bahwa cairan dapat dikeluarkan secara efektif tanpa menyebabkan perubahan hemodinamik yang buruk. Waktu dialisis yang lebih lama memungkinkan pengurangan cairan yang lebih perlahan dan lebih aman pada pasien dengan disfungsi jantung.
Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Dialysis Time:
Kecepatan Ultrafiltrasi (UFR):
Jika kecepatan ultrafiltrasi ditetapkan pada tingkat yang lebih rendah (misalnya 200 mL/jam), waktu dialisis yang lebih panjang akan diperlukan untuk mencapai goal ultrafiltrasi yang diinginkan. Sebaliknya, dengan kecepatan ultrafiltrasi yang lebih tinggi, waktu dialisis bisa lebih singkat, tetapi harus diwaspadai risiko terhadap tekanan darah dan hemodinamik pasien.
Pasien dengan disfungsi ventrikel kiri rentan terhadap penurunan tekanan darah yang tajam jika ultrafiltrasi dilakukan terlalu cepat. Oleh karena itu, waktu dialisis yang lebih lama memungkinkan pengeluaran cairan secara lebih bertahap dan lebih aman untuk menjaga kestabilan tekanan darah.
Volume Cairan yang Perlu Dikeluarkan:
Jika volume cairan yang perlu dikeluarkan relatif besar, waktu dialisis akan lebih panjang untuk memastikan pengurangan cairan yang aman dan efektif. Misalnya, jika volume cairan berlebih adalah 3 liter, waktu dialisis yang lebih lama (4-5 jam) mungkin diperlukan dengan kecepatan ultrafiltrasi yang lebih rendah.
Cara Menentukan Waktu Dialisis:
Menilai Target Ultrafiltrasi dan Kecepatan Ultrafiltrasi:
Jika target ultrafiltrasi adalah 1 liter dan kecepatan ultrafiltrasi ditetapkan pada 200 mL/jam, maka waktu dialisis yang dibutuhkan adalah sekitar 5 jam untuk mengeluarkan cairan tersebut secara aman.
Pertimbangkan Kondisi Klinis dan Toleransi Jantung
Pasien dengan disfungsi ventrikel kiri lebih baik menerima waktu dialisis yang lebih lama untuk menghindari perubahan hemodinamik yang drastis. Pengurangan cairan bertahap dapat mengurangi risiko komplikasi.
Quotation Blood Flow (QB)
Quotation blood flow (QB) merujuk pada kecepatan aliran darah selama dialisis, yang memengaruhi efisiensi pembersihan darah dan penghilangan cairan. Pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, sangat penting untuk mempertimbangkan kecepatan aliran darah yang tidak terlalu tinggi, karena peningkatan aliran darah dapat menyebabkan fluktuasi tekanan darah yang dapat merugikan pasien.
Faktor yang Mempengaruhi Penentuan QB:
Keadaan Jantung Pasien:
Pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, aliran darah yang lebih tinggi dapat memperburuk kegagalan jantung dan meningkatkan risiko hipotensi. Oleh karena itu, kecepatan aliran darah biasanya disesuaikan lebih rendah dibandingkan dengan pasien dengan fungsi jantung normal.
Toleransi Hemodinamik:
QB yang terlalu tinggi dapat menyebabkan peningkatan beban jantung dan menyebabkan tekanan darah rendah, yang dapat memperburuk gagal jantung pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri. Oleh karena itu, QB harus dipertahankan pada tingkat yang aman, biasanya sekitar 200-300 mL/menit, tergantung pada kondisi jantung pasien.
Cara Menentukan QB:
Pemilihan QB yang Aman:
Untuk pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, QB biasanya dipilih antara 200-300 mL/menit. Kecepatan ini cukup untuk memastikan dialisis yang efektif tanpa memberikan beban tambahan yang berlebihan pada jantung.
Pengawasan dan Penyesuaian Selama Dialisis:
QB harus dipantau selama dialisis, dan jika pasien menunjukkan tanda-tanda intoleransi hemodinamik (seperti hipotensi atau penurunan perfusi organ), QB dapat dikurangi untuk menurunkan risiko.
Kesimpulan
Penentuan ultrafiltration goal, waktu dialisis, dan quotation blood flow (QB) pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri yang menurun memerlukan perhatian cermat terhadap faktor-faktor hemodinamik dan keseimbangan cairan. Pendekatan yang hati-hati terhadap pengeluaran cairan yang bertahap, waktu dialisis yang lebih panjang, dan pengaturan aliran darah yang moderat dapat mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular dan memastikan kenyamanan pasien selama prosedur hemodialisis.
Referensi
American College of Cardiology (ACC) & American Heart Association (AHA). (2013). 2013 ACCF/AHA guideline for the management of heart failure. Journal of the American College of Cardiology, 62(16), e147-e239. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2013.05.019
Ponikowski, P., Voors, A. A., Anker, S. D., Bueno, H., Cleland, J. G., Coats, A. J., … & Dickstein, K. (2016). 2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. European Heart Journal, 37(27), 2129-2200. https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehw128
Ziaeian, B., & Fonarow, G. C. (2016). Epidemiology and aetiology of heart failure. Nature Reviews Cardiology, 13(6), 368-378. https://doi.org/10.1038/nrcardio.2016.55
Yancy, C. W., Jessup, M., Bozkurt, B., Butler, J., Casey, D. E., Colvin, M. M., … & Wilkoff, B. L. (2017). 2017 ACC/AHA/HFSA focused update of the 2013 ACCF/AHA guideline for the management of heart failure. Journal of the American College of Cardiology, 70(6), 776-803. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2017.04.025